Ilustrasi. Prajurit Satgas Pamtas Mobile RI-PNG Yonif 323 Kostrad menggelar kegiatan belajar di Pos Mege’abume, Distrik Sinak, Kabupaten Puncak. Hal ini bertujuan memberikan akses pendidikan kepada anak-anak di pedalaman. Sumber: website kostrad.mil.id

Jakarta (6/3). Dalam memperingati Hari Ulang Tahun ke-63, Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad) mendapat dukungan dari Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) untuk meningkatkan kemampuan teknologi, khususnya dalam penguasaan kecerdasan buatan (AI). Perayaan yang berlangsung meriah ini mengingatkan kembali pada tanggal lahir pasukan komando tersebut, yaitu 3 Maret 1961, yang sejak itu telah menorehkan berbagai prestasi membanggakan baik di tingkat nasional maupun internasional.

Sebagai pasukan elit dan bagian dari kekuatan utama Bala Pertahanan Pusat TNI Angkatan Darat, Kostrad telah lama dianggap sebagai tulang punggung dalam menjaga kedaulatan dan integritas wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Kepala Dewan Pimpinan Pusat LDII, Singgih Tri Sulistiyanto, mengungkapkan kebanggaannya atas keberadaan dan prestasi yang telah dicapai oleh pasukan baret hijau tersebut. Ia juga menekankan pentingnya Kostrad untuk terus berinovasi dan menguasai teknologi terkini, terutama kecerdasan buatan, guna mengantisipasi bentuk perang masa depan yang akan sangat bergantung pada teknologi.

Menurut Singgih, yang juga merupakan Guru Besar Ilmu Sejarah di Universitas Diponegoro, penting bagi Kostrad untuk memelihara semangat nasionalisme dan patriotisme, serta menjadi contoh bagi kesatuan lain dalam hal nasionalisme. “Kostrad harus bisa memberikan suri teladan yang baik kepada kesatuan-kesatuan lain, dalam hal nasionalisme,” ujar Singgih.

Dengan tema peringatan HUT kali ini, “Petarung Militan Penjaga Kedaulatan NKRI”, Kostrad diharapkan tidak hanya menjaga kedaulatan negara tetapi juga menguasai teknologi informasi dan kecerdasan buatan. Hal ini dianggap krusial oleh Ketua DPP LDII, mengingat tantangan yang dihadapi oleh Indonesia tidak hanya dari dalam negeri tetapi juga dari potensi ancaman luar negeri.

Penguasaan teknologi AI di bidang militer dinilai sebagai keharusan di era saat ini, di mana kemajuan teknologi bergerak sangat cepat. “Mengapa? Karena perang di masa yang akan datang penuh dengan kecanggihan teknologi. Jadi tidak hanya membutuhkan kekuatan otot dan pikiran, tapi juga peralatan teknologi yang canggih,” tegas Singgih.

Dengan dukungan dari berbagai pihak seperti LDII, Kostrad diharapkan akan semakin kuat dan mampu menghadapi berbagai tantangan di masa depan dengan lebih baik lagi, khususnya dalam menghadapi perubahan lingkungan strategis yang semakin dinamis dan penuh tantangan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *