Nganjuk (15/6). Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Republik Indonesia (Menko PMK) Muhadjir Effendy melakukan kunjungan kerja ke Pondok Pesantren (Ponpes) Al Ubaidah Kertosono, Nganjuk, pada Sabtu (15/6). Dalam kunjungan ini, Menko Muhadjir meninjau upaya pencegahan stunting yang dilakukan oleh Posyandu As-Syifa Ponpes Al Ubaidah.
Menko Muhadjir secara langsung mengecek proses pengukuran bayi dan balita oleh kader Posyandu As-Syifa, termasuk pengukuran lingkar kepala, tinggi badan, dan berat badan. Ia juga memantau pencatatan perkembangan tumbuh kembang anak serta proses konsultasi gizi setelah pengukuran.
“Pengukuran dan penimbangan balita dilakukan serempak secara nasional dengan melibatkan 338 ribu posyandu di seluruh Indonesia,” ujar Menko Muhadjir. Ia menekankan pentingnya percepatan penimbangan dan pengukuran balita di seluruh posyandu untuk mencapai target minimal 90 persen dari total populasi balita dan jumlah posyandu yang ada pada akhir Juni.
Menko Muhadjir mengakui bahwa target ini tidak akan tercapai jika hanya melibatkan satu pihak. Oleh karena itu, ia mengajak semua pemangku kepentingan untuk bekerja sama dalam mengentaskan stunting di Indonesia, termasuk peran pondok pesantren.
“Peran pondok pesantren sangat vital karena komunitasnya solid dan mudah digerakkan serta diintervensi. Santriwati, misalnya, dapat dikawal untuk memastikan mereka sehat secara fisik dan akhlak, sehingga siap menjadi ibu yang mampu menyiapkan generasi masa depan Indonesia,” tambahnya.
Pada kesempatan yang sama, Menko Muhadjir memberikan pembekalan dan literasi tentang kesehatan kepada 900 santri Ponpes Al Ubaidah yang akan ditugaskan ke pelosok daerah di Indonesia.
Ketua DPP LDII, Ardito Bhinadi, menegaskan bahwa Ponpes memiliki peranan penting dalam mengentaskan stunting. LDII bersama ponpes yang berada di bawah naungannya, memberikan literasi dan pembekalan kepada warga LDII dan santri. Mereka juga menyediakan posyandu bagi warga ponpes dan sekitarnya.
“Kami sudah menyiapkan peralatan dan pelayanan mulai dari pranikah hingga pasca melahirkan. Kami juga memberikan literasi dan pembekalan kepada santriwati yang akan kami tugaskan ke seluruh pelosok daerah. Ini untuk mendukung program pemerintah mencegah stunting,” ujar Ardito.
Ardito menambahkan bahwa LDII menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang sehat sejak pranikah. “Jika dalam pranikah sehat, kandungannya sehat, dan didukung pemenuhan gizi, maka akan melahirkan anak-anak yang sehat,” jelasnya.
Untuk mendukung program tersebut, LDII bekerja sama dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dalam program Gemar Makan Ikan (Gemarikan) dan membentuk Kelompok Kerja (Pokja) Forum Komunikasi Kesehatan Islam (FKKI) yang bertugas memberikan literasi dan pemeriksaan kesehatan bagi ibu, remaja putri, anak, dan santri ponpes.
Penjabat (PJ) Bupati Nganjuk, Sri Handoko Taruna, mengungkapkan bahwa penanganan stunting di Kabupaten Nganjuk telah menurun 17,1 persen. “Kami akan bersinergi terus dengan seluruh stakeholder, masyarakat, dan ponpes. Ponpes Al Ubaidah Kertosono menunjukkan kesiapan posyandu yang luar biasa,” ujarnya.
Acara ini juga dihadiri oleh Deputi Bidang Dukungan Kebijakan Pembangunan Manusia dan Pemerataan Pembangunan Setwapres Suprayoga Hadi, Dirjen Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan dr. Maria Endang Sumiwi, Deputi Bidang Kerawanan Pangan dan Gizi Panas Nyoto Suwignyo, Deputi Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan Bapanas Andriko Noto Susanto, Deputi Bidang Advokasi, Penggerakan dan Informasi BKKBN Sukaryo Teguh Santoso, dan Plh. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur Drg. Vitria Dewi.