Generus LDII di Kelurahan Tengklik, Kec.Nglipar, DIY menanam sayuran di pekarangan

Jakarta (20/6). Pangan saat ini menjadi rentan dengan peperangan yang terjadi di negara pengekspor pangan utama dunia. Bahkan pembatasan ekspor pangan, juga mempengaruhi ketersediaan pangan global. Pemenuhan kebutuhan pangan kian menjadi tantangan setiap negara, termasuk Indonesia.

“Kami mendorong masyarakat dan warga LDII untuk memberdayakan pekarangan untuk produksi pangan keluarga,” ujar Ketua Umum DPP LDII KH Chriswanto Santoso saat ditemui di Surabaya pada Senin (20/6).

Menurutnya, momentum kebangkitan ketahanan pangan keluarga dimulai dengan peringatan Hari Krida Pertanian yang jatuh pada 21 Juni setiap tahun. KH Chriswanto menjelaskan bahwa program ketahanan pangan menjadi perhatian LDII. Program tersebut menjadi salah satu dari delapan bidang “Pengabdian LDII untuk Bangsa”.

“Sebagai ormas Islam, kami juga memiliki perhatian khusus di bidang pangan dan lingkungan hidup, karena keduanya mempengaruhi hajat hidup manusia umumnya dan warga LDII khususnya,” ujarnya.

Bila lingkungan hidup dan pangan bermasalah, kegiatan sehari-hari dan ibadah tidak akan berjalan dengan baik, “Untuk itu, sebagai bagian dari masyarakat madani, LDII aktif mengajak warganya memperhatikan isu-isu terkini terkait pangan dan lingkungan hidup,” ujar Chriswanto.

Dalam rangka Hari Krida Pertanian tahun 2022, KH Chriswanto menyampaikan apresiasi setinggi-tinginya kepada seluruh pemangku kepentingan pertanian, mulai dari petani, peternak, buruh tani, berbagai lembaga pemerintah, hingga pengusaha terkait pertanian.

“Mereka telah membantu tersedianya pangan bagi seluruh rakyat Indonesia. Tanpa kerja keras dan kerja cerdas seluruh pemangku kepentingan sektor pertanian, niscaya sulit mewujudkan ketersediaan pangan yang sangat penting bagi masyarakat,” imbuhnya.

Santri LDII dari Ponpes Minhaajussobirin Jakarta Timur menyirami tanaman sayuran

Edukasi Pangan Bagi Keluarga

Sementara itu, Ketua DPP LDII Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Kesejahteraan Keluarga (PPKK) Siti Nurannisaa menyampaikan bahwa keluarga merupakan mata rantai yang esensial, dalam fungsi pemeliharaan kecukupuan gizi dan pangan.

Dalam menghadapi tantangan masa depan, keluarga perlu berpartisipasi aktif dalam mendukung terwujudnya ketahanan pangan. “Ibu-ibu berperan penting dalam pengelolaan pangan keluarga. Fungsinya sangat besar dari sisi penyedia pangan, penyusun menu, pengolah, dan bahkan bagi yang berkarir, ikut andil sebagai penyedia dana untuk penyediaan pangan keluarga,” ungkap Annisaa.

Ia mengapresiasi para ibu yang terlibat langsung dalam berbagai sektor pertanian, mengingat selain berfungsi sebagai manajer pangan keluarga, mereka juga aktif dalam proses produksi pertanian,” ujarnya.

Lebih lanjut ia menyatakan, para ibu bisa ikut membantu mengedukasi seluruh anggota keluarganya mengenal asal-usul pangan yang tersedia di meja makan keluarga. Sekaligus dan menumbuhkan kesadaran dari mana pangan yang dikonsumsi tersebur berasal.

“Dengan pemahaman tersebut dapat mengembangkan karakter keingintahuan dan saling menghargai kerja keras para pemangku kepentingan sektor pertanian dalam menyediakan pangan yang dikonsumsi,” tuturnya.

Ia mengajak para Ibu bersama anggota keluarga warga LDII dan masyarakat umum, agar waktu luangnya dimanfaatkan untuk mengolah lahan atau pekarangan rumah sebagai tempat memproduksi pangan, “Pertanian pekarangan membuka peluang bagi keluarga memenuhi sebagian kebutuhan pangan dan mengembangkan karakter anggota keluarganya sambil berkegiatan memproduksi pangan,” ujar Annisaa.

Pengembangan pertanian pekarangan membantu mengenalkan proses produksi pangan pada keluarga sejak dini, sekaligus mendorong pengembangan sikap saling menghargai, kerja keras, menghargai proses, dan bertanggungjawab melalui berbagai aktivitas bertanam di pekarangan.

Dari pekarangan, seberapa pun sempit lahan yang ada, menurutnya tetap bisa dibudidayakan berbagai sumber pangan dan kebutuhan keluarga. Alternatif pertanian pekarangan saat ini sudah sangat bervariasi, dari yang hanya menanam cabai dalam pot hingga produksi komersial sayuran organik yang bernilai ekonomi.

Produksi bahan bumbu dan tanaman obat keluarga (TOGA) selain menjadi alternatif untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, bisa dipanen dari pekarangan untuk menambah penghasilan. Menurutnya, kegiatan pemberdayaan pekarangan selaras dengan program pemerintah Indonesia, berupa “Program Rencana Aksi Nasional Pertanian Keluarga Indonesia” yang juga menjadi salah satu target dalam Sustainable Development Goals (SDGs) untuk pertanian berkelanjutan.

“Mari kita jadikan momentum Hari Krida Pertanian tahun 2022 sebagai awal baru untuk lebih meningkatkan pemberdayaan pekarangan untuk produksi pangan keluarga,” ajak Siti Nurannisaa.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *