Pangkalpinang, LINES – Ibna Kayyis Al Hamas (16), Putra pertama dari pasangan Winarno Suseno dan Hani Mutati menorehkan prestasi yang membanggakan.
Remaja keturunan jawa yang bersekolah di SMA 1 Pangkalpinang, kelas 1 SMA ini, merupakan alumni Pondok Pesantren (Ponpes) Gading Mangu, Jawa Timur.
Ia mengakui bahwa dirinya mondok di Ponpes Gading, mulai dari kelas 1 SMP-3 SMP, dan sudah menyelesaikan pendidikan profesi sebagai Ustadz/Mubaligh muda di LDII, karena baru berumur 16 tahun.
Pelajar kelas 1 SMA ini berhasil menjuarai lomba fahmil pada Musabaqoh Tilawatil Qur’an (MTQ) 2017 ke-XXVI Tingkat Kecamatan Taman Sari, pernah menjuarai lomba adzan di Festival Anak Sholih Remaja (FASJA) 2016, juara pertama MAS KOKO SMANSA 2016, Juara 2 fighter kelas D Pencak Silat putra pada pertandingan Kejurda yang digelar oleh STMIK ATMA LUHUR pada tahun 2016.
Lomba MTQ ke-XXVI Tingkat Kecamatan Taman Sari, memperlombakan beberapa kategori seperti : Lomba Tilawatil Qur’an, Kaligrafi, Fahmil dan Syarhil kategori putra dan putri.
Acara ini berlangsung selama tiga hari, yakni pada tanggal 1 maret 2017- tanggal 5 maret 2017.
Saat ditemui wartawan LINES Babel, Kayyis menceritakan kisah perjuangannya dalam meraih prestasi.
Ia mengatakan, menjadi seorang pemenang dalam suatu perlombaan memang tidaklah mudah, perlu adanya perjuangan, belajar yang giat, semangat, keyakinan, dan yang paling penting ialah memperbanyak berdo’a.
“Kita tidak boleh bersenang dulu dengan apa yg telah kita capai, termasuk menjadi seorang juara, karena kita tidak tahu apa yang terjadi dengan kita untuk ke depan nya,” ceritanya.
Ia pun berharap, dengan diadakan MTQ ini bisa menambah keimanan, kecintaan pada Al-Qur’an dan kepada Allah.
Hani, Ibu dari Kayyis saat diwawancarai oleh LINES Babel terkait peran orangtua dalam kesuksesan pendidikan anak.
Hani merasa bangga atas prestasi-prestasi yang sudah diraih anaknya. “Jujur, sebagai orangtua bangga, memang dari kecil saya selalu tiap ada lomba pasti saya ikutkan entah menang atau nggak tak masalah yang penting anak mempunyai keberanian dulu,” tuturnya.
Selain memberikan dukungan terhadap anak, Hani juga selalu mengingatkan untuk niat karena Allah. “Saya selalu mengingatkan segala sesuatu yg dikerjakan jangan lupa diniati karna Allah dan selalu berdoa,” cerita Hani kepada LINES Babel.
Hani menerangkan bahwa kebanyakan orangtua dalam mendidik anaknya, mereka cenderung kaku, terlalu memaksakan kehendak, padahal justru dengan pola pendidikan seperti itu, anak akan menjauh dari orangtua, ketika ada masalah, anak canggung curhat kepada orangtua.
“Tapi kalau saya pribadi saya ingin bukan cuma sebagai Ibu, tapi juga sahabat dia (Kayyis), dengan begitu dia tidak akan canggung pada saya,” kata Hani diakhir percakapan dengan LINES Babel.