Ketua Umum DPP LDII KH Chriswanto Santoso mengajak masyarakat untuk menata niat saat berkurban. Foto: LINES.

Jakarta (15/6). Kurban adalah perwujudan ketakwaan Nabi Ibrahim AS kepada Allah SWT, yang juga diperintahkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad SAW dan umat Islam. Landasan kurban bagi umat Islam sama seperti Nabi Ibrahim AS, yaitu ketakwaan dan keikhlasan.

Ketua Umum DPP LDII KH Chriswanto Santoso menegaskan hal ini dalam pernyataan persnya. Ia mengajak umat Islam untuk menata niat dalam berkurban, dengan ketakwaan kepada Allah dan keikhlasan sebagai landasan, yang mendorong kesalehan sosial dan individu.

“Kurban dapat dilakukan oleh siapa saja, tidak hanya orang kaya. Mereka yang tidak mampu pun bisa berkurban. Kuncinya adalah ketakwaan kepada Allah. Dari rasa takwa tersebut, seseorang dapat mendorong diri untuk beribadah, termasuk berkurban,” ujar KH Chriswanto.

Ia juga merujuk pada beberapa praktik kurban pada masa Rasulullah, seperti satu orang dengan satu hewan kurban, “Jika tidak mampu, satu hewan kurban untuk tujuh orang, atau satu hewan kurban untuk satu keluarga. Bahkan Rasulullah mengurbankan dua ekor kambing: satu untuk keluarganya dan satu lagi untuk umat Islam yang tidak sempat berkurban,” jelasnya.

Kemudahan-kemudahan ini mendorong DPP LDII untuk mengajak warganya berkurban sesuai kemampuan, “Ketakwaan mendorong warga kami untuk berkurban, sehingga dalam posisi sosial apapun, warga LDII siap berkurban. Di majelis-majelis taklim tingkat kelurahan atau PAC LDII, mereka yang tidak mampu menabung lalu patungan membeli hewan kurban,” tambah KH Chriswanto.

Di majelis-majelis taklim tersebut diajarkan ayat dan hadits mengenai keutamaan kurban, mulai dari pahala hingga manfaatnya, “Amalan yang mengalahkan jihad dan paling dicintai Allah pada 10 Zulhijah atau Idul Adha, adalah menyembelih kurban karena takwa,” imbuh KH Chriswanto.

Sekretaris Umum DPP LDII Dody Taufiq Wijaya juga menyatakan bahwa ketakwaan menjadi dasar kesalehan individu dalam berkurban, “Dari ketakwaan tersebut, warga kami terdorong untuk menabung. Meskipun kekurangan, mereka tidak berharap daging untuk keperluan pribadi, tetapi berbagi dengan tetangga atau siapapun,” jelas Dody.

Berbagi ini diharapkan membuat semua orang berbahagia pada Idul Adha, “Tidak benar bahwa ibadah kurban hanya untuk yang kaya saja. Mereka yang tidak mampu, atas dasar takwa, juga bisa berkurban. Semua ini adalah untuk beribadah kepada Allah dan berbuat baik kepada sesama manusia,” tambahnya.

Kesalehan sosial ini akhirnya membangun rasa kebersamaan. Umat Islam tidak lagi memandang organisasi, suku, atau budaya, “Ukhuwah basariyah semakin kuat, dan ini menjadi modal sosial umat Islam dalam membangun bangsa dan negara,” imbuh Dody.

Ia berpendapat bahwa kurban yang dilakukan pada 10 Zulhijah nanti, mendorong perputaran ekonomi. Menurutnya, peternak dan petani memproduksi komoditas sejak bibit. Ketika dijual, pendapatan mereka terakumulasi.

“Mereka bisa menabung, membeli anakan, dan memeliharanya. Sisa uang digunakan untuk kebutuhan sehari-hari atau membiayai sekolah anak-anak mereka. Semakin banyak yang berkurban, semakin meningkat kesejahteraan peternak dan keluarganya,” pungkas Dody.

DPP LDII pada 17 Juni 2024 atau 10 Zulhijah 1445 menyiapkan lebih dari 3.700 lokasi salat Idul Adha di seluruh Indonesia. Pada tahun 2023, LDII mencatat telah mengurbankan 47.341 ternak, dengan rincian 25.154 ekor sapi, 18 ekor kerbau, dan 22.169 ekor kambing. “Menurut catatan media massa, kurban yang dilakukan warga LDII pada tahun 2023 memutar ekonomi sebesar Rp652 miliar. Insya Allah, tahun 2024 ini jumlah hewan kurban akan meningkat,” ujar Dody.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *