Makassar (19/07). Indonesia terdiri atas berbagai macam suku, agama, ras, dan golongan. Karena itu, diperlukan adanya nilai-nilai toleransi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Hal itu mengemuka dalam Pengajian Akbar yang dihelat DPW LDII Sulawesi Selatan.
Dulu kita sangat heroik dalam merebut kemerdekaan. Contohnya seperti Pangeran Diponegoro dan Pangeran Antasari. Setelah peristiwa Sumpah Pemuda tahun 1928, maka tercetuslah satu nusa, satu bangsa, dan satu bahasa.
Sejarah perjuangan persatuan bangsa, bukan saja pada saat Indonesia merdeka tahun 1945. Bahkan jauh sebelum kemerdekaan Indonesia diproklamirkan.
“Sebelum Indonesia diproklamirkan, dulu ada kerajaan besar yaitu Kerajaan Sriwijaya, Majapahit, dan termasuk Gowa. Kita sebagai anak bangsa tentunya punya aturan, tata krama, dan etika di dalam hidup di NKRI,” ungkap Panglima Kodam XIV/Hasanuddin saat hadir di Pengajian Akbar LDII Sulawesi Selatan di Masjid Roudhotul Jannah, Kompleks Dr Tadjuddin Chalid, Jalan Raya Berua, Makassar, Sulawesi Selatan, Minggu (17/7/2022).
Pengurus DPW LDII Sulawesi Selatan yang hadir yakni Ketua Dr Ir Abri, Sekretaris Mohammad Syafei, Wakil Ketua Prof Dr Sukardi Weda, Asdar Mattiro, M Renreng Tjolli, dan pengurus lainnya. Juga hadir Ketua MUI Kecamatan Tamalanrea Nasir Nawawi, tripika Kecamatan Biringkanaya, tokoh agama, tokoh masyarakat, warga LDII, dan masyarakat umum.
Dalam sambutannya, Pangdam XIV/Hasanuddin Mayjen TNI Andi Muhammad menyampaikan penghargaan atas penyambutan warga LDII. “Alhamdulillah atas sambutannya. Saya terima begitu hangat,” katanya.
Selain dihadiri Pangdam XIV/Hasanuddin, hadir pula pejabat utama Kodam XIV/Hasanuddin diantaranya Asintel Kol Inf Wirawan Eko Prasetyo, Kabintaljarahdam Kol Inf Slamet Riyanto, Kapendam Kol Inf Rio Purwantoro, Dandim 1408/BS Makassar Kol Inf Nurman Syahreda, dan Dandim 1409/Gowa Letkol Inf Muhammad Isnaeni Natsir.
Pengajian Akbar mengambil tema “Mewujudkan Islam Moderat dalam Rangka Memperkokoh Persatuan dan Kesatuan Bangsa dalam Bingkai NKRI”.
Pengajian digelar Pukul 09.00 sampai 12.30 wita. Pada pengajian akbar, Kodam XIV/Hasanuddin memberikan materi wawasan kebangsaan, yakni wawasan bagaimana cara pandang sebagai anak bangsa terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Mayjen TNI Andi Muhammad menyampaikan, berbicara wawasan kebangsaan, maka lihatlah bagaimana Piagam Madinah. “Kehidupan berbangsa dan bernegara dalam Piagam Madinah bisa kita terapkan. Jangan ada nilai-nilai intoleran apalagi radikalisme. Intoleran artinya tidak menerima kelompok lain,” katanya.
Di lain waktu, ia mengatakan, siap datang belajar. “Saya siap datang sebagai santri. Mengapa tidak? Kata Rasulullah, tuntutlah ilmu sampai akhir hayat. Kalau perlu sampai ke tanah Cina,” papar Mayjen TNI Andi Muhammad.
Wawasan kebangsaan katanya, yaitu bagaimana cara pandang tentang bangsa. “Kita bersuku-suku dan berbangsa-bangsa tetapi kita bhinneka. Saya pernah bertugas dari sabang sampai Merauke. Saya pernah bertugas di Kamboja. Terjadi perang saudara di Kamboja,” katanya.
Mayjen TNI Andi Muhammad menekankan pentingnya nilai-nilai toleransi. “Terkait mengelola ancaman radikalisme, kami dari dari jajaran TNI selalu ingatkan. Termasuk pengabdian kami membangun komunikasi sosial dengan seluruh kalangan,” ujarnya saat diwawancarai awak media dalam Pengajian Akbar.
Menurut Pangdam XIV/Hasanuddin, kedatangannya di pengajian akbar LDII untuk menyampaikan kepada masyarakat agar berhati-hati terhadap ancaman radikalisme. “Kami datang kesini bukan berarti menyampaikan bahwa ancaman itu seolah-olah ada di sekitar kita. Tetapi dimana pun saya berada, di ruang-ruang publik, saya sampaikan hati-hati terhadap acaman intoleran dan radikalisme,” ungkapnya.
Pihaknya mengajak mengajak untuk merajut kebersamaan dan menjaga persatuan dan persatuan anak bangsa. Seluruh babinsa, koramil, dan jajaran komando kewilayahan di Kodam XIV/Hasanuddin selalu mengingatkan kepada seluruh lapisan masyarakat masalah ancaman ini.
“Jangan sampai kita anak bangsa terjadi benturan. Padahal, ada yang menginginkan bangsa kita berpecah belah supaya Indoensia tidak ada lagi. Ini kan bahaya. Makanya kita harus jaga sama-sama,” tutur pangdam.
Perihal peran dalam menjaga persatuan kesatuan, Mayjen TNI Andi Muhammad menyampaikan, LDII turut meningkatkan wawasan kebangsaan.
“Saya kira peran LDII sangat besar di dalam menjaga persatuan dan kesatuan. Tadi saya sudah sampaikan bahwa LDII mendidik generasi usia SD, SMP, dan SMA dalam proses pendewasaan dan meningkatan dan wawasan kebangsaan,” kata mantan Panglima Divisi Infanteri 2/Kostrad ini.
Sejak berdiri 1972, LDII mendidik anak bangsa. Warganya mengabdi di berbagai elemen. Ada di institusi apapun. Artinya LDII sangat respon terhadap menjaga kebersamaan dan kedaulatan. Menjaga nilai-nilai intolerasi dan radikalisme.
“Saya yakin bahwa LDII lembaga yang pancasilais. Disamping agamis ia juga pancasilais. Menjaga persatuan dan kesatuan anak bangsa,” kata pangdam yang telah mengabdi di TNI selama 38 tahun ini.
Sementara itu, Wakil Ketua DPW LDII Sulawesi Selatan Prof Dr Sukardi Weda mengungkapkan, diundangnya Panglima Kodam XIV/Hasanuddin di pengajian akbar LDII untuk memberikan wawasan kepada warga LDII terkait nasionalisme, patriotisme, dan wawasan kebangsaan.
“Sehingga warga LDII bisa bertindak dan bertutur di masyarakat dengan baik. Disamping itu, NKRI perlu kita jaga dengan baik,” ujarnya.
Ia mengungkapkan, dengan materi wawasan kebangsaan yang disampaikan panglima, bisa meningkatkan wawasan kebangsaan, cinta tanah air, dan nasionalisme.
“Sehingga bisa membangun bangsa ini secara bersama-sama dan menjaga keutuhan NKRI. Keberadaan beliau memberikan wawasan kebangsaan kepada warga LDII yang ada di Makassar ini,” ujar Wakil Rektor III Universitas Negeri Makassar (UNM) ini.
Prof Sukardi menjelaskan, pengajian akbar yang rutin digelar sebulan sekali ini dipusatkan di 2 tempat di Kota Makassar. Pertama di Masjid Roudhotul Jannah dan di Masjid Nurul Huda di Jalan Mannuruki. Tujuan pengajian akbar ini, katanya, untuk memberikan tausyiah dan pemahaman agama.
“Tidak hanya bagi warga LDII tetapi juga masyarakat lainnya yang ingin belajar Alquran dan Alhadis. Yang kita bangun adalah bagaimana menjadi manusia yang berkarakter, beribadah, dan berlomba-lomba dalam kebaikan,” ujarnya.
Selain itu, Prof Sukardi mengatakan, LDII rutin menggelar pengajian 2 kali dalam seminggu di tingkat Pimpinan Anak Cabang (PAC). (LINES Sulsel)